(Menurut Prof.Dr. Laurence Adolf Manullang)
Persepsinya terhadap kultur sangat positif. Saat ini, meskipun Laurence adalah seorang ekonom, penyandang Doktor Ekonomi dengan jalur minat utama Management Akuntansi, tetapi senang dan sedang mengadakan penelitian mengenai kultur Indonesia, untuk digunakan sebagai motivasi etos kerja. Agar tahan bekerja dengan jam-jam panjang dan produktif, percaya diri dan memiliki budaya malu melakukan kecurangan apalagi praktek korupsi dan memberantas budaya munafik.
Menanggapi latar belakang apresiasinya terhadap kultur ini, Laurence membeberkan pengalaman pribadinya. Suatu saat pada waktu berkunjung ke Korea Selatan, dia menyaksikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional Korea Selatan sungguh sangat mengagumkan. Laurence bertanya-tanya, apa yang menjadi motivasi yang mampu mempersatukan seluruh rakyat Korea Selatan untuk bekerja keras. Bayangkan hampir semua tenaga produktif orang Korea Selatan mampu bekerja 18 jam satu hari. Laurence dapat menemukan motivasi itu adalah faktor kultur.
Laurence membaca satu majallah terbitan Korean Air Line yang menceriterakan asal-usul orang Korea. Katanya, orang Korea adalah termasuk suku bangsa tua yang berasal dari hasil perkawinan campuran antara Cina dan Siberia (Rusia). Sedangkan Jepang berasal dari satu propinsi di Cina, yang eksodus transmigrasi menempati teritori yang paling timur di Asia yang secara langsung terlepas dari daratan Cina. Orang Korea mengumumkan bahwa orang Jepang jauh lebih muda dari orang Korea.
Tapi Jepang sempat menjajah Korea selama 35 tahun. Lalu pemimpin Korea mengumandangkan bahwa sebagai saudara muda, orang Jepang seharusnya tidak layak menjajah Korea big brother-nya sampai 35 tahun. Namun sayang, itu telah terjadi. Tapi sekarang tibalah saatnya Korea menjajah Jepang dari sudut ekonomi demikian pemimpin Korea memotivasi rakyatnya untuk bekerja keras membangun negeri.
Ternyata motivasi ini sangat mujarab, orang Korea memiliki etos kerja yang dahsyat. Rupanya motivasi yang paling kuat untuk membangun etos kerja kalau dapat dikaitkan hal positif dari faktor keturunan dapat merupakan pendorong yang ampuh.
Kemudian, Laurence berpikir, Indonesia dari keturunan mana. Dalam sejarah hanya ditulis sekilas, katanya, Indonesia berasal dari Asia kecil. Apakah semua etnis di Indonesia berasal dari Asia kecil. Setelah Laurence berkeliling Asia dan negara lain, dia temukan persamaan kultur di negera lain mirip dengan kultur suku-suku di Indonesia. Seperti kultur Thailand mirip dengan kultur Jawa, Minang dengan Arab/Portugal, Batak dengan Philipina/Mongolia, Bugis dengan Malaysia, Maluku dengan Spanyol, Minahasa dengan Belanda, dan Aceh perpaduan antra 4 sukubangsa yaitu Arab, Cina, Eropa dan Hindu (ACEH).
“Kalau kita memperhatikan pilahan keempat suku bangsa itu dapat dilihat ada di Aceh, makanya gerakan-gerakan di Aceh selalu dipelopori orang Aceh yang menjadi warga negara salah satu negara di Eropa,” jelas Laurence.
Suku-suku di Indonesia ada yang dengan apik melestarikan budaya mereka dalam bentuk buku dan wayang seperti orang Jawa. Sementara orang Batak, sangat minim. Baru ditemukan satu hasil penelitian dari Dr Lance Castles, yang mengadakan reseach guna melengkapi disertasi PhD di Yale University mengenai politik Tapanuli 1915-1940 di mana 60 % isi buku itu mengangkat perjuangan Tuan MH Manullang yang dijuluki dalam buku itu sebagai Soekarno van Batak, satu-satunya orang pribumi yang berani menampar muka controleur orang Belanda di muka umum setelah dipaksa turun dari kudanya.
Hasil research itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang indah oleh Prof.Dr. Maurits Simatupang, dari judul aslinya: The Political Life of a Sumatran Residency, Tapanuli 1915-1940, diterbitkan oleh KPG (Gramedia - tahun 2001). Sumber penelitian itu hampir tidak ada di Indonesia, apakah museum nasional atau daerah di Sumatra Utara bahkan Tapanuli Utara asal dari pejuang itu. Malahan sumber autentik penelitian mengenai perjuangan itu ditemukan di negeri Belanda sepeti Leiden, Universitas Amsterdam, Barmen-Jerman, arsip Oegstgeest - Belanda, dan perpustaka-an Yale University itu sendiri.
Marga Manullang? “Oh ya, susah didapat,” kata Laurence. Malah Laurence pernah bertanya-tanya asal muasal Manullang ini. Sebab saban memperkenalkan diri marga Manullang tidak sedikit orang ketawa terutama ibu-ibu. Manullang artinya pendorong, pendobrak, sebenarnya positif tetapi ada juga dikaitkan pada hal yang lucu, seperti menjebol, menusuk dalam arti yang bervariasi, serta dipelesetkan kependekan manusia langka.
Karena marga ini sudah given, tidak bisa lagi diubah atau ditanggalkan maka Laurence mengadakan penelitian asal usul marga Manullang ini untuk diceri-terakan pada anak dan cucu sebagai motivasi bagi mereka untuk maju sama seperti orang Korea behasil mengguna-kan asal-usulnya sebagai pemacu semangat tinggi membangun negerinya.
Memang Manullang itu dalah manusia langka sebab sejak tanggal 12 Agustus 1883 pada saat tempat mereka berdiam yaitu kampung Bakkara yang berfungsi sebagai pusat kebudayaan Batak tempat singgasana Raja Sisingamangaraja, dibumihanguskan Belanda karena menolak tawaran Belanda untuk dijadikan Sultan Batak Raya. Mereka memilih berjuang sampai gugurnya Raja Sisingamaraja XII pada tanggal 17 Juni 1907.
Kemudian perjuangan diteruskan melawan Belanda dan Jepang sampai tahun 1950 (pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda). Perjuangan yang panjang itu banyak mengorbankan putra-putra bangsa, gugur sebagai kusumah bangsa. Dengan 6 bersaudara dalam rumpun Si Raja Oloan, di mana urutan-urutannya adalah Naibaho, Sihotang, Bakara, Sinambela (dari marga ini Raja Sisinga-mangaraja), Sihite dan Simanullang.
Karena Raja Sisingamaraja memiliki kesaktian dan tetap mampu memper-tahankan diri sebagai orang yang paling bersih, maka pemerintahannya sehari-hari dipercayakan pada Manullang di mana Mangaraja Onggang Parlindungan menjulukinya sebagai Perdana Menteri yang mengendalikan pemerintahan. (Mangaraja Onggang Parlindungan adalah Letkol AD Pensiunan NRP 13.3.13, ahli tarik bom, yang terakhir bekerja di pusat sejarah angkatan darat, menulis dalam bukunya dengan judul Tuanku Rao, Penerbit Tandjung Pengharapan, tahun 1964).
Jadi yang paling banyak korban dalam peperangan itu karena yang paling banyak diburu Belanda adalah memang marga Sinambela dan marga Manullang, menjadikan manullang manusia langka ada juga benarnya.
Laurence juga memburu dokumen yang menceriterakan asal-usulnya sampai ke Leiden, Manhantan New York, karena dulu Manhantan, New York itu milik Belanda yang dibeli dari suku Indian seharga $29 lalu dijual Belanda ke AS, memang arsipnya di sana sangat lengkap dan tulisan baik itu ditulis di atas kulit kayu dan kertas Mesir, termasuk alat-alat perang yang digunakan dirawat dengan apik oleh pengelola museum tersebut.
Hasil temuan itu membuktikan bahwa Manullang itu adalah keturunan pejuang dalam peperangan yang berkepanjangan tanpa mengenal menyerah. Juga dari pihak ibunya adalah cucu budayawan Baginda Panny (guru Marpaung) pencipta si Gale-gale di mana hasil karyanya disimpan di Museum Nasional dan nenek pengasuhnya adalah cucu Raja Sijorat VII, ayahnya Raja Sijorat VIII yang gigih berjuang melawan Belanda wafat sebagai pahlawan dimakamkan di komplek R.S. HKBP Balige. Dia juga sangat senang mempunyai menantu Rina Idroes Chaniago, cucu dari Pak Idroes pejuang RI yang dibuang Belanda bersama-sama Bung Hatta ke Diegul, istri anaknya yang keempat, Rizal Ruben Manullang.
Temuan ini merupakan hasil penelitian yang diangkat Laurence menjadi motivasi untuk membangkitkan spirit anak-anaknya. Ternyata berhasil terbukti dari daya juang anak-anaknya semua tinggi, kelima anaknya semua berani belajar ke tempat jauh seperti Inggris, Amerika Serikat walaupun masih sangat belia selesai SMP kelas III. Sekarang semua telah mencicipi pendidikan gelar Master, dan semua telah mandiri dari segi mata pencaharian. Malah seorang anaknya sedang dalam tahap menyelesaikan program Ph.D.
Motivasi Etos Kerja
Saat ini, meskipun Laurence adalah seorang ekonom, penyandang Doktor Ekonomi dengan jalur minat utama Management Akuntansi, tetapi senang dan sedang mengadakan penelitian mengenai kultur Indonesia, untuk digunakan sebagai motivasi etos kerja, agar tahan bekerja dengan jam-jam panjang dan produktif, percaya diri dan memilki budaya malu melakukan kecurangan apalagi praktek korupsi dan memberantas budaya munafik.
Hasil penelitian yang sedang berlanjut membuahkan hasil sementara bahwa orang Batak berasal dari satu rumpun dengan saudaranya Si Raja Boni yang merantau ke Selebes yang kemudian namanya Si Raja Bone, dan Si Raja Lapung yang menempati lokasi sekitar danau Ranau Komering, turunan suku bangsa Meo, kakaknya Toraja, yang berasal dari kakeknya Esau anak Isak, keturunan Ibrahim orang Iberani.
Laurence sedang mengecek keab-sahan sumber penelitian tersebut agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah dan emosional dan genuine, di mana mungkin diperlukan kira-kira 7 tahun lagi untuk merampungkannya. Juga, Laurence akan membentuk tim peneliti untuk menggali pembuktian tentang dugaan sementara bahwa Gajahmada itu adalah Gajah Manullang Dairi.
Menurutnya, animo penelitii harus dibangkitkan menjadi motivasi dahsyat bagi anak-anak bangsa. Nama besar digunakan untuk mengbangkitkan motivasi anak-anak bangsa yang hampir punah oleh sebab perjuangan yang sa-ngat panjang dan berkelanjutan, menurut Laurence adalah positif.
(Dikutip oleh YonhartS pada tanggal 10 Juli 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar